Apakah Shalat Istikharah dilakukan ketika seseorang sudah mantap dengan perkara tertentu, atau ketika dia belum yakin akan melakukan perkara yang mana, lalu dia beristikharah? Mohon penjelasannya.
Shalat Istikharah dilakukan ketika dia punya keraguan antara dua perkara, mana yang paling baik. Itulah saat untuk melakukan Shalat Istikharah. Seperti ragu apakah akan menikahi Fulanah atau tidak? Apakah akan pergi ke tempat ini atau tidak? Apakah akan bekerja sama dengan si Fulan dalam perniagaan atau tidak? Dan lain sebagainya.
Pertama, dia melaksanakan shalat dua rakaat. Lalu setelah itu berdoa. Meminta kepada Allah agar memilih baginya perkara yang lebih baik baginya dengan doa masyhur yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ALLAAHUMMA INNII ASTAKHIIRUKA BI ‘ILMIKA WA ASTAQDIRUKA BI QUDROTIKA (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan dengan ilmu-Mu dan mengharap kekuatan dengan kekuatan-Mu…) WA AS-ALUKA MIN FADHLIKAL ‘AZHIIM (dan aku memohon karunia-Mu yang agung) FA-INNAKA TA’LAMU WA LAA A’LAMU WA TAQDIRU WA LAA AQDIRU WA ANTA ‘ALLAAMUL GHUYUUB
(Karena Engkau Mengetahui, dan aku tidak; Engkau berkuasa, dan aku tidak; dan Engkau Maha Mengetahui yang gaib) ALLAAHUMMA IN KUNTA TA’LAMU ANNA HAADZAL AMRO (Ya Allah, jika Engkau Mengetahui bahwa perkara ini… – Lalu menyebutkan urusannya…)
“Perkara ini” yakni sebagai contoh, bahwa calon istri: Fulanah… ANNA ZAWAAJII BIHAA KHOIRUN LII FII DIINII WA DUN-YAA-YA WA MA’AASYII WA ‘AAQIBATI AMRII (Bahwa pernikahanku dengannya baik bagiku pada agama, dunia, kehidupan, dan akhir urusanku) FAYASSIR DZAALIKA LII TSUMMA RODH-DHINII BIHI TSUMMA BAARIK LII FIIHI (Maka mudahkanlah itu bagiku, lalu jadikanlah aku ridha dengannya, lalu berkahilah aku di dalamnya) WA IN-KUNTA TA’LAMU ANNA HAADZAL AMRO (Tapi jika Engkau Mengetahui bahwa perkara ini) SYARRUN LII FII DIINII WA DUN-YAAYA WA MA’AASYII WA ‘AAQIBATI AMRII (Buruk bagiku pada agama, dunia, kehidupan, dan akhir urusanku) Atau menambahnya dengan:
FII ‘AAJILI AMRII WA AAJILIHI, FASHRIFHU ‘ANNII WASHRIFNII ‘ANHU
(pada urusan jangka pendek dan panjangku, maka jauhkanlah itu dariku dan jauhkanlah aku darinya) WA QODDIR LIYAL KHOIRO HAITSU KAANA TSUMMA RODH-DHINII BIHI (Dan takdirkanlah kebaikan bagiku di manapun ia, lalu jadikanlah aku ridha dengannya)
Inilah doa istikharah. Dia mengucapkan doa ini. Lalu bermusyawarah. Dia bermusyawarah dengan orang yang menurutnya layak untuk diajak bermusyawarah dalam menentukan antara dua perkara ini; baik itu berupa pernikahan, safar, kerjasama bisnis, atau urusan-urusan lain yang sedang dia pertimbangkan. Sedangkan dia belum yakin, tapi justru masih ragu-ragu. Inilah waktu untuk beristikharah; dan hukumnya sunnah.
Di samping itu, disunnahkan juga bermusyawarah dengan orang yang menurutnya layak untuk diajak bermusyawarah, setelah dia beristikharah. Apabila hatinya menjadi yakin pada salah satu pilihan, hendaklah dia melaksanakannya. Namun, jika dia masih ragu juga, maka hendaklah dia mengulangi istikharah dua, tiga kali, atau lebih, hingga hatinya yakin pada salah satu pilihan. Demikian.
Jazakumullahu khairan.
====
صَلَاةُ الِاسْتِخَارَةِ هَلْ تُصَلَّى فِي حَالَةِ عَزْمِ الشَّخْصِ عَلَى أَمْرٍ مُعَيَّنٍ أَوْ فِي حَالَةِ أَنَّهُ لَمْ يَسْتَقِرَّ عَلَى أَيِّ الأَمْرَيْنِ يَفْعَلُ وَيَسْتَخِيْرُ؟ أَرْجُو التَّوْضِيْحَ
صَلَاةُ الِاسْتِخَارَةِ إِذَا صَارَ عِنْدَهُ تَرَدُّدٌ فِي أَحَدِ الْأَمْرَيْنِ أَيُّهُمَا أَصْلَحُ هَذَا هُوَ وَقْتُ الِاسْتِخَارَةِ كَأَنْ يَتَرَدَّدَ هَلْ يَتَزَوَّجُ فُلَانَةً أَوْ مَا يَتَزَوَّجُهَا؟ هَلْ يُسَافِرُ إِلَى كَذَا أَمْ لَا يُسَافِرُ هَلْ يَتَّجِرُ مَعَ فُلَانٍ أَوْ يُشَارِكُ فُلَانًا أَمْ لَا وَنَحْوِ ذَلِكَ
فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَدْعُو بَعْدَ ذَلِكَ وَيَسْأَلُ رَبَّهُ أَنْ يَخْتَارَ لَهُ مَا هُوَ أَصْلَحُ بِالدُّعَاءِ الْمَشْهُورِ وَالثَّابِتِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَهُوَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَتَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ وَيُسَمِّيهِ بِعَيْنِهِ
أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ يَعْنِي أَنَّ هَذِهِ الزَّوْجَةَ فُلَانَةً أَنَّ زَوَاجِي بِهَا خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي فَيَسِّرْ ذَلِكَ لِي ثُمَّ رَضِّنِي بِهِ ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَقَدِّرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ رَضِّنِي بِهِ
هَذَا هُوَ دُعَاءُ الِاسْتِخَارَةِ فَيَقُولُ هَذَا ثُمَّ يَسْتَشِيرُ ثُمَّ يَسْتَشِيرُ مَنْ يَرَى أَنَّهُ أَهْلٌ لِلِاسْتِشَارَةِ فِي أَحَدِ الْأَمْرَيْنِ سَوَاءٌ كَانَ زَوَاجًا أَوْ سَفَرًا أَوْ اشْتِرَاكًا أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ مِنَ الْأُمُورِ الَّتِي تَهُمُّهُ وَلَا يَجْزِمُ فِيهَا بِشَيْءٍ بَلْ يَتَرَدَّدُ هَذَا مَحَلُّ الِاسْتِخَارَةِ وَهِيَ سُنَّةٌ
وَالسُّنَّةُ مَعَ ذَلِكَ أَنْ يَسْتَشِيْرَ أَيْضًا مَنْ يَظَنُّ مَنْ يَرَاهُ أَهْلًا بِالاسْتِشَارَةِ بَعْدَمَا يَسْتَخِيْرُ فَإِذَا انْشَرَحَ صَدْرُهُ لِأَحَدِ الْأَمْرَيْنِ فَعَلَ ذَلِكَ وَإِنْ لَمْ يَزَلْ مَعَهُ التَّرَدُّدُ أَعَاَد الِاسْتِخَارَةَ مَرَّةً ثَانِيَةً وَثَالِثَةً وَهَكَذَا حَتَّى يَنْشَرِحَ صَدْرُهُ لِأَحَدِ الْأَمْرَيْنِ نَعَمْ
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا